Friday, January 18, 2008

Kedelai Transgenik Menghancurkan Tubuh Kita Perlahan

Aku lihat berita di TV bahwa Indonesia impor kedelai dari Amerika yang sudah diketahui masyarakat sedunia bahwa kedelai tersebut adalah hasil dari rekayasa genetika yang ternyata tahan hama, tetapi dapat menyebabkan kanker jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Kedelain tersebut juga dapat menyebabkan alergi dan sifat kebal terhadap antibiotik, serta sifat lain lagi yang saya lupa yang intinya lebih banyak merugikan kesehatan. Dan sekarang harga kedelai tuh naik mahal, entah itu produk lokal atau impor. Mungkin saja yang mahal produk impor. Kalau begitu kan bisa mengurangi sesuatu yang merugikan kesehatan.

Aku sudah tahu dari lama bahwa rekayasa genetika tumbuhan sudah ada dari dulu untuk menghasilkan hasil yang baik, namun juga ada sifat yang merugikan. Tumbuhan konsumsi lainnya yang merupakan hasil rekayasa genetik adalah padi dan jagung. Kalau padi dan jagung belum aku dengar efek buruknya. Tetapi aku pernah baca di internet bahwa jagung transgenik juga dikecam oleh banyak orang dengan alasan jagung jenis baru tersebut dapat mengancam kepunahan jagung alami. Dan mungkin masih banyak lagi alasan yang ilmiah. Sekarang juga aku jarang menemukan jagung yang lokal (alami) yang biasanya ada biji dalam satu tongkol yang warnanya ungu, yang merupakan gen letal (tidak dominan). Dan biasanya jagung yang sekarang banyak dijumpai itu bertongkol dua dan itu pasti karena kode DNA-nya sudah diubah. Kalau jagung alami kan mungkin saja bertongkol satu atau dua dengan tongkol yang tidak lengkap pertumbuhan bijinya (ada yang kosong) dan bertongkol pendek. Kalau jagung yang sekarang kan tongkolnya panjang-panjang dan secara pasti hasil jumlah bijinya lebih banyak/menguntungkan.

Kalau padi juga macam-macam jenisnya dan sudah banyak sekali direkayasa gennya. Ada juga masyrakat yang masih menggunakan bibit padi yang masih alami. Aku tidak akan membicarakan masalah padi karena tidak begitu mengetahui tentang padi – jarang membaca tentang padi.

Pada akhirnya apakah kita akan terus makan kedelai atau pangan yang lain yang merupakan hasil dari rekayasa genetik? Pengennya sih kita makan yang sehat saja kan? Tapi kenyataannya pangan tersebut sudah (mungkin) sering kita konsumsi dan pasti kita akan merasakan efek sampingnya tanpa kita sadari. Harga kedelai impor mungkin akan naik saja, tapi kita lihat sisi baiknya bahwa kedelai impor itu tidak baik walau kalau dibikin tempe tuh hasilnya bagus secara visual/morfologis. Dan sudah diketahui bahwa kualitas kedelai lokal tersebut hasilnya lebih baik daripada kedelai impor dari Amerika. Jadinya biarkan saja kedelai impor naik harganya, tetapi ya tentatif juga karena kita jugan melihat realitas, dan kemudian terpaksa. Dipikiranku ada juga kecurigaan kepada Yahudi-Amerika untuk menghancurkan masyrakat dunia dengan rekayasa genetik busuknya, tapi ngga tau juga just my opinion.

No comments: